Rabu, 28 Desember 2016

Secarik Catatan Dalam Kepulangan








Di pagi yang dingin. Embun membasahi tempat ini, yang aku lakukan adalah berjuang. Ya, berjuang untuk melawan tarikan kuat gravitasi tempat tidur. Segera jendela kamar kubuka. Tiap jendela di sudut bagian rumah ini ku jangkau, menyambut udara segar pagi hari. Kemudian pintu depan dibuka, aku disambut oleh serbuan angin dingin berhembus, lebih tepatnya disebut embun pagi. Pemandangan putih mengepul, mulai dari jalan depan rumah hingga lingkungan sekitar diselimuti kabut; kemanapun mata terarah, tetap, yang dijangkau hanyalah pemandangan putih yang samar-samar menyembunyikan area sekitar. Embun tebal.
Kondisi yang sama saat lima tahun lalu masih di sini.
Suasana desa yang cukup familiar bagiku.
...
Untuk mengawali pagi, aku harus bersih-bersih sekitar rumah, mulai dari menyapu, mengelap beberapa perabotan dan membersihkan sudut-sudut rumah hingga mengepel lantai. Kegiatan yang normal untuk hidup di kampung seperti ini, tidak seperti di kota--tidak bermaksud menyinggung atau anti post-modern, tapi mengawali pagi bersama notifikasi grup yang bertumpuk dan menggetarkan hp setiap saat, bagiku lebih baik jika pagi diawali dengan menyapu saja, untukku.. ini lebih normal dibanding kesibukan menyentuh layar gadget demi merespon tiap notifikasi masuk atau sekedar memeriksa. Kembali, sibuk seperti ini sangat normal bagiku.
Dalam suasana pagi yang dingin; keadaan yang selalu aku rindukan saat jauh di kota beberapa saat yang lalu, aku termenung sejenak, mengingat beberapa waktu lalu dalam benak, sementara mengistirahatkan penat.
Relaks sebentar, berlibur sementara setelah bekerja keras mengitari segala sudut rumah demi kegiatan bersih-bersih, ilusi dan hipnotis melamun merasuk pikiranku. Daya tariknya yang memikat seperti membius otak untuk stagnan dalam kondisi ngambang berhasil menghentikan tiap gerakanku. Segala kegiatan berhenti keseluruhan, mungkin hanya jantung saja yang terus berdetak, juga nadi, jangan lupakan nadi, emm... juga beberapa teman si nadi lainnya. Intinya jika saat ini ada yang memperhatikanku, aku dalam kondisi diam dengan tatapan menerawang dalam ketidakjelasan.

Sempat beberapa detik, lamun membawaku jauh dalam khayal, yang akupun tidak tahu kemana arahnya; khayalan kosong. Mungkin ini yang disebut ‘dongo’ , suatu kondisi dimana otak bergerak bebas bersama alam khayal, pemandangan kosong, namun ada ketenangan yang dirasakan dalam jiwa, percayalah kawan, hal ini sangat baik untuk dinikmati, namun jangan terlalu sering karena bisa menimbulkan kebodohan juga memperlambat fungsi otak dalam menanggapi sesuatu.
Lamunanku buyar oleh sentak gigitan kecil pada lengan kananku. Nyamuk. Lingkungan desa memang menenangkan, namun, jangan lupakan bahwa hutan sangat dekat dengan pemukiman di sini, jadi jangan heran jika akan banyak nyamuk yang merajalela untuk menerobos kedalam rumah dan mencari darah manusia. Lagi, ini merupakan hal yang normal.
Selesai dengan melamun, aku meraih laptop yang telah kusiapkan saat kepulangan ke tempat ini. Saat itu, pikirku akan menulis beberapa hal dalam liburan kali ini—mungkin lebih enak jika disebut hilang sejenak dari kesibukan dan fokus. Hilang dari jangkauan jaringan 4G, absen dari pemikiran akan skripsi dan bebas dari penat asap polusi ibukota. Namun, hanya untuk sejenak.
Dalam kesempatan ini, aku ingin menuliskannya sebagai pengingat, suatu tanda bahwa aku pernah di sini beberapa saat yang lalu. Agar saat aku kembali membaca tulisan ini, aku akan ingat suasana damai di kala ini—di tengah kepungan embun dan perangkap dingin angin pagi, aku menulis. Aku menyisipkan ingatan dan momentku dalam tulisan, agar situasi ini tak sirna. Supaya aku mengingatnya kelak.

Salam dari masa ini.
(Berhadapan dengan meja kosong memangku laptop, ditemani udara dingin dan kursi plastik)

2 komentar:

  1. Jantung berdetak, tapi nadi berdenyut, bukan berdetak.

    Cukup mengingatkan saya pada tetesan embun pagi hari dari daun pohon pekarangan rumah di kampung halaman.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks untuk koreksinya, mbak D..
      Yang dari responnya sudah bisa ditebak, siapa orang di balik inisial D ini.. :)

      Hapus

o
n
o
t
r
a
H
y
k
g
n
e
H