Jumat, 14 Juli 2017

Ungkapan Kebodohan


Janganlah dendam dengan kebodohan yang sempat kujubahkan pada akal sehat,
Jangan memandang sinis atau nista yang senantiasa ditumpahkan
Apalah arti sebuah mimpi
Apalah daya sebuah ambisi
Untuk kesekian kali, aku terus merasa dungu
Untuk keberkian kali, aku kembali merasa sesat
Terima kasih untuk sekumpulan sajak acak yang tersebar, berhamburan, tumpah ruah memenuhi ruang pikiran
Akal sempit memang menjadi kalut yang sulit untuk diterjang

Jika mimpi bagai berkas cahaya
Malam ini udara dingin menjadi saksi
Mimpi itu cukup kuat untuk menyingkap kabut kegegabahan.



Saat menemukan kepingan puzzle akan keutuhan cerita dalam balut ambisi dan riuk hidup, aku menyadari banyak hal, walaupun tidak aku pungkiri bahwa dugaku masih pada terkaan yang sangatlah buta, tetap keras kepala menguasaiku.
Kisah luar biasa yang aku bersyukur diijinkan menjadi penikmat sekaligus pelakon yang diperbolehkan mengkritis, walau tidak sesuai alur.
Cerita ini tidak bisa aku kisahkan sepenuhnya, tapi bagian ingatan ini aku sisipkan dalam tulisan sebagai bentuk apresiasi atas ketakjubanku bagi alur hidup yang menarik.
Sekali lagi, aku menyadari kebodohanku dalam menyusun sajak dan kepingan acak akan keutuhan kisah hidup, kembali aku belajar bahwa keindahan hidup terletak pada kerumitannya yang sukar dipahami dengan penuh, dan hanya menyajikan pecahan gambar untuk dikumpulkan menjadi makna penuh.



Singkapkan daya, gerakan kecil memercik ledakan besar
Segaris kilat ambisi membelah pekat malam ketidaktahuan
Kalian berteriak tentang mimpi ditengah riak suasana riuh

Memang tidak dijumpai pertemuan pada pinggiran aliran,
Jika boleh diibaratkan, kisah ini adalah arus deras sungai kehanyutan

Sekali bergerak, menimbulkan riak hingga ketepian
Menggelisahkan insan-insan yang berada pada pinggiran
Mereka tak ingin akan angan
Mereka meraung atas impian

Namun, kalian tetap nyaman,
Dengan ketentraman dalam dunia kecil kebahagian
Berhiaskan canda dan tawa riang,

Tangkupkan cerca dan terus berjuang!


Teruntuk ‘Fami’ dan ‘Dela’
Dua antusias yang dengan sukarela membuka lembar hidup sebagai buku yang secara terbuka dibaca oleh banyak kerabat, walaupun beberapa diantaranya hanya menikmati sampul depan, tanpa peduli konten yang ada dalam tumpukan kertas berisi kisah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

o
n
o
t
r
a
H
y
k
g
n
e
H