Jumat, 28 Juli 2017

Kisah Yang Seolah Terlupakan



Ada sebuah kisah,
Makhluk tua yang bernaung dalam gelap,
Menunggu waktu untuk beranjak,
Siang hari ia tertidur, malam hari ia akan keluar
Gua tempat ia menetap, kesepian adalah kawan

Ia tidak risau akan kesendirian
Ia tidak takut akan kehadiran
Tidak juga tertutup akan relasi dengan makhluk luar
Hanya keberadaannya saja memang sudah ada sebagaimana ia hadir, sukar diungkapkan, keunikan memenuhi dirinya dan seadanya ia.

Suatu hari seorang manusia datang mengunjungi kediamannya
Ia dikisahkan tentang persaudaraan, ia menyandingkan akan keeratan kasih antar makhluk

Sang buas terpesona oleh kisah tersebut
Si buas menjalin relasi,
Bertahun-tahun mereka berteman
Suatu ketika sang buas mengadakan kontrak dengan manusia
Mereka terikat, terjalin erat
Satu jiwa dan satu keberadaan
Keduanya menyatu

Hadir dalam rupa manusia
Dan manusia yang memiliki kebuasan dalam dirinya,
Dalam wujud manusia ia memperanakan banyak penerusnya,

Suatu hari seorang penerus murninya bangkit,
Dalam wujud manusia yang menyembunyikan buas dalam dirinya,
Siapa yang menyangka keterpikatan buas akan kasih tidak sepenuhnya mengekang ia,

Seorang musuh datang dan memukul sang penerus hingga terpental, lunglai ia dihempas secara tiba-tiba, bagai tak bernyawa dihajar berulang kali, ia terkapar
Tergeletak tak berdaya,

Dalam samar sadarnya,
Sang penerus terperanjat menatap musuh yang menghempaskannya,
Teman sebayanya, teman terkasihnya, yang selalu ia sanjung dan ia banggakan,
Penghianatan terjadi,

Dalam keadaan sedih, depresi dan remuk oleh kekalahan,
Penerus muda membangkitkan amarahnya, dalam hancur tubuh yang tidak bersisakan tenaga,
Percikan mercusuar bengis menggerakan sosok tersembunyi dalam keberadaannya, ia mengerang
Memancing benih buas dalam dirinya,

Sang buas bangkit dan menyerahkan seluruh kekuatannya,
Dengan memberikan tatapan tajam untuk melihat celah lemah,
Mewariskan energi gelap sepenuhnya kepada inang; sang penerus, yang sekarang
Buas sepenuhnya menyatu dalam kendali situasi
Tidak dijumpai gentar dan kekecewaan lagi pada hawa penerus,
Ia sepenuhnya melebur dalam kebuasan
 
Sang penerus berdiri dan memukul balik musuh
Ia menuai kemenangan, tengkuk musuh terinjak
Ia hempaskan keras sang pengkhianat tanpa mampu melawan,

Dalam kemarahannya yang mereda, penerus muda menyadari keberadaan sesuatu dalam dirinya,
Amarah besar yang menyendiri, diam, tersembunyi dan tidak keluar setiap saat,

Namun,
 
Sekali meluap, malapetaka besar ditimbulkan

Pada hari dewasanya, penerus muda membangkitkan banyak keturunan
Pada keturunan-keturunannya, benih buas tetap hadir dalam bilik diri
Pada setiap celah kekosongan jiwa generasi demi generasi,
 
Bisa setiap saat keluar, bisa setiap saat juga bersembunyi
Semua bergantung pada mercusuar jiwa, dinyalakan atau tidak

Buas tetaplah buas,
Dalam sendiri dan diamnya,
Ia tidak takut kesepian,
Tidak juga ia risaukan akan kehadiran kawan,
Buas tetaplah buas
Jangan lupakan kisah tua ini
Meski waktu terus menipu dalam dayanya,
Buas tetaplah buas,
Jangan lupakan kisah yang seolah terlupakan,
Buas tetaplah buas,
Ia tak pernah lupa

*Dibagikan kepada yang mengabaikannya, ia tidak diam


Jangan hadirkan bengis dalam percakapan,
Kebuasan bangkit dan membangun tahtanya
Ia tidak takut sendiri, tidak gentar akan apapun, namun, tidak juga risau oleh hadir seorang kawan,
Ketenangan dan damai dapat memikatnya; dalam pengabdian semoga ia temukan,
Semoga muara tempat pengabdian tidak berbuah pengkhianatan juga penghinaan, semoga

Teruntuk yang terdalam,
Serigala penyendiri, penyimpan buas dalam gua antara bilik hati,
Dalam mabuk anggur keegoisan.
 Diam sudah menjadi kawan, tak perlu risaukan, cukup berikan kepercayaan
Ia akan mengabdi dan menjadikannya tuan
semoga, semoga tidak terdapat keraguan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

o
n
o
t
r
a
H
y
k
g
n
e
H