Bertanya,
Mencari,
Kita tidak tahu dan tidak menemukan
Pertanyaan hanya sekedar tanya
Terkadang pencarian sekedar mencari
Akhir,
Tanya dan cari tidak menjadi jawab
Jika ungkap berkenan ditemukan
Buat apa menjadi beban?
Senin, 31 Juli 2017
Untuk Seorang Asing
(Teruntuk yang tidak dikenal)
Dia terus mencari. Tidak tahu apa
yang ia cari. Secangkir kopi. Seteguk lembut caffeine kala suntuk menguasainya. Senyata aroma kopi yang dihirup.
Sekuat ilusi pikat kenikmatan penggila hidup. Serumit itulah perasaan dan
pencarian yang ia lakukan.
“Diana..”
Nama itu disebutkan oleh seseorang pada sisi jalan sana.
Gadis
itu segera menoleh, dengan ekspresi datar, butuh satu detik kira-kira hingga ia
mulai melukiskan senyum pada wajahnya, memperlihatkan lekuk bibir yang
mempertontonkan sedikit deretan gigi. Matanya kembali mengarah pada kertas yang
terhampar di depannya, di atas meja. Pinggir jalan ini, sebuah meja dan kursi
tempat mengusir suntuk, tempat mengarungi banyak petunjuk akan sebuah
pencarian. Diana memilih tempat ini, sudah lama ia menghabiskan banyak waktu
bersama tempat tongkrongan pinggir
jalan ini.
“Udah dari tadi di sini?” Tanya seseorang yang mendekatinya dan mengambil posisi duduk di samping Diana.
“Iya..” Balas Diana seadanya. Matanya dan fokusnya tetap pada selembar kertas di hadapannya. Pada tangan kanannya ia menjentik-jentikan sebuah pulpen dan membuatnya bergoyang ke depan dan belakang, seolah ditarik-ulur angin. Pulpen terus dibuat menari, matanya tetap pada kertas putih polos di hadapannya. Sesekali ia mendekatkan pulpen pada tangannya pada kertas tersebut, seperti akan menuliskan sesuatu, namun, dalam sekejap juga ia diserang ragu, kemudian memilih untuk tidak menaruh tinta tulisan pada kertas polos di hadapannya kini.
“Hey..” Seseorang di sampingnya menggerakan tangan di depan wajah Diana untuk mengalihkan fokusnya. “Aku juga di sini lhoo..”
Diana melirik sejenak dengan bola matanya ke arah sosok di sampingnya.
“Pernah kehilangan sesuatu?”
“Hah?” Dengan raut wajah kebingungan sosok di sampingnya kini tampak berpikir. “Hmm.. pernah, kehilangan apa dulu ini?”
“Kehilangan sesuatu yang tidak pernah kamu miliki.. bahkan yang tidak kamu ketahui mungkin..”
“Aneh..”
“Iya, aneh.. hmm, lupain aja..” Diana menghela nafas.
“Pencarian, gimana bisa nyari kalau engga tahu apa yang dicari..” Sambung sosok tersebut.
Sudah
tidak asing pertanyaan-pertanyaan aneh selalu Diana hadirkan saat-saat seperti
ini. Baginya hidup adalah pertanyaan, yang perlu ditanyakan terus-menerus
hingga akhir. Entah, kapanpun akhir tersebut.
“Pencarian. Kamu sebenarnya mencari sesuatu dalam hidupmu, yang kamu sendiri tidak tahu apa itu, tetapi kamu tahu itu berharga dan kamu merindukannya dengan sangat, walaupun kamu sendiri belum pernah memilikinya..” Diana menjelaskan.
Angin berhembus, menghempaskan dedaunan kering di pinggir jalan raya itu.
Di
bawah naungan pepohonan rindang dan pada sebuah bangku dan meja tempat teduh
itu.
Dua
sejoli bercakap-cakap hal-hal yang aneh,
Menceritakan
banyak pertanyaan yang tidak terjawab, semakin ditanya semakin rumit untuk
dipahami.
“Mungkin batas kita hanya untuk merindukan saja, bukan untuk mendapatkan..” Balas sosok tersebut.
“Atau, kita akan mengerti dan tahu, saat kita sudah mendapatkannya..”
“Seperti?”
“Entahlah..” Diana menggeleng kecil, meletakan pulpen di atas meja dan kembali menghela nafas.
“Seperti mencari seseorang yang tidak dikenal namun dirindukan atau membuat kelakuan bodoh, seperti menulis surat cinta buat seseorang yang tidak dikenal, bahkan belum pernah dijumpai..” Dengan senyum tipis sosok tersebut menatap Diana.
“Mungkin..” Diana membalas tatapan tersebut.
“Kamu kebanyakan minum kopi kayaknya, aku pernah baca kalau kebanyakan minum kopi bisa buat pikiran kacau..” Sosok tersebut terkekeh, sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan meletakannya di atas meja.
“Air putih?” Diana bertanya.
“Biar engga selalu ngerasain yang pahit-pahit..” Balasnya.
“Aku engga kebanyakan minum kopi, segala sesuatu yang berlebihan pastinya akan tidak baik kan?”
Diana mengetuk pelan dengan jarinya pada permukaan meja.
“Minum aja, kamu kelihatannya kecapekan..” Sosok itu mendekatkan sebotol air mineral kepada Diana. Ia hanya merespon dengan snyum tipis dan mata yang terus menerawang kosong ke depan.
Lagi-lagi, pepohonan menggoyangkan ranting-ranting kecilnya dan dedaunan kering menari diusik angin siang ini.
Terjadi keheningan sejenak. Waktu seakan berhenti, hanya terdengar ketukan kecil dan suara halus dari permukaan meja yang ada di hadapan Diana dan ‘teman’nya.
“Aku seperti sedang mencari sesuatu yang tidak aku ketahui..” Diana memecah keheningan sejenak dengan suara yang lembut, hampir tidak terdengar karena hembusan angin.
“Kadang pencarian tidak berhasil kalau sendirian..”
“Maksudnya?”
“Kita butuh teman atau rekan, orang yang punya tujuan sama dan mengenalmu, ini seperti mencari sebuah harta karun yang sama-sama tidak diketahui dalam petualangan, namun memiliki tujuan yang sama, yaitu menemukan harta karun rahasia tersebut..”
Sosok
tersebut menarik nafas dan melepaskannya dengan ekspresi seolah baru saja terbebas
dari hal yang mengekang. Ia terkekeh kecil.
“Kamu butuh teman” Sambungnya.
Diana kembali meraih pulpen yang ia lepaskan tadi.
“Kalau begitu aku akan menuliskan surat kepada temanku itu, untuk kami bersama menemukan apa yang ingin kami cari, sesuatu yang tidak kami ketahui bahkan yang tidak pernah kami miliki..” Diana menghentikan tangannya untuk menulis.
“Rekan gila dalam pencarian misterius..”
“Dengan apa harus kusebut dia dalam suratku?”
“Tuliskan saja apapun itu.., sampaikan kepadanya tentang pencarianmu, semoga dan semoga saja ia mengerti” Ungkap sosok tersebut.
“Teman? Atau rekan?”
“Apa bedanya? Kalau ia bisa menjadi apa saja, yang penting ia bisa menjadi kru sepetualanganmu dan bisa mengerti mimpi yang kamu rindukan, dia bisa jadi apa saja dan siapa saja”
“Teman yang tidak dikenal, aku harus menyebutnya apa..” Diana bertanya dan terlihat sedang berpikir.
“Kepada seorang yang tidak dikenal” Sambung sosok tersebut.
Diana menuliskan kalimat pada kertas di hadapannya.
Temani aku dalam pencarian panjang ini,
Jangan
abaikan aku sekali saja, karena kita adalah nahkoda dalam lautan bimbang ini,
Temukan
aku segera, sadarkan aku jika melupakanmu
Teman
seperjalanan,
Kembalikan
ingatanku.
Kepada
kamu, teman, rekan, sahabat, saudara, keping jiwaku.
Seorang
yang tidak kukenal.
Diana.
Jumat, 28 Juli 2017
Kisah Yang Seolah Terlupakan
Ada sebuah kisah,
Makhluk tua yang bernaung dalam gelap,
Menunggu waktu untuk beranjak,
Siang hari ia tertidur, malam hari ia akan
keluar
Gua tempat ia menetap, kesepian adalah
kawan
Ia tidak risau akan kesendirian
Ia tidak takut akan kehadiran
Tidak juga tertutup akan relasi dengan makhluk luar
Tidak juga tertutup akan relasi dengan makhluk luar
Hanya keberadaannya saja memang sudah ada
sebagaimana ia hadir, sukar diungkapkan, keunikan memenuhi dirinya dan seadanya ia.
Suatu hari seorang manusia datang mengunjungi kediamannya
Ia dikisahkan tentang persaudaraan, ia
menyandingkan akan keeratan kasih antar makhluk
Sang buas terpesona oleh kisah tersebut
Si buas menjalin relasi,
Bertahun-tahun mereka berteman
Suatu ketika sang buas mengadakan kontrak
dengan manusia
Mereka terikat, terjalin erat
Satu jiwa dan satu keberadaan
Keduanya menyatu
Hadir dalam rupa manusia
Dan manusia yang memiliki kebuasan dalam dirinya,
Dalam wujud manusia ia memperanakan banyak
penerusnya,
Suatu hari seorang penerus murninya bangkit,
Dalam wujud manusia yang menyembunyikan buas
dalam dirinya,
Siapa yang menyangka keterpikatan buas akan
kasih tidak sepenuhnya mengekang ia,
Seorang musuh datang dan memukul sang penerus
hingga terpental, lunglai ia dihempas secara tiba-tiba, bagai tak bernyawa dihajar berulang kali, ia terkapar
Tergeletak tak berdaya,
Dalam samar sadarnya,
Dalam samar sadarnya,
Sang penerus terperanjat menatap musuh
yang menghempaskannya,
Teman sebayanya, teman terkasihnya, yang selalu
ia sanjung dan ia banggakan,
Penghianatan terjadi,
Dalam keadaan sedih, depresi dan remuk oleh
kekalahan,
Penerus muda membangkitkan amarahnya, dalam hancur tubuh yang tidak bersisakan tenaga,
Percikan mercusuar bengis menggerakan sosok tersembunyi dalam keberadaannya, ia mengerang
Percikan mercusuar bengis menggerakan sosok tersembunyi dalam keberadaannya, ia mengerang
Memancing benih buas dalam dirinya,
Sang buas bangkit dan menyerahkan seluruh
kekuatannya,
Dengan memberikan tatapan tajam untuk melihat celah lemah,
Mewariskan energi gelap sepenuhnya kepada inang; sang penerus, yang sekarang
Buas sepenuhnya menyatu dalam kendali situasi
Tidak dijumpai gentar dan kekecewaan lagi pada hawa penerus,
Ia sepenuhnya melebur dalam kebuasan
Dengan memberikan tatapan tajam untuk melihat celah lemah,
Mewariskan energi gelap sepenuhnya kepada inang; sang penerus, yang sekarang
Buas sepenuhnya menyatu dalam kendali situasi
Tidak dijumpai gentar dan kekecewaan lagi pada hawa penerus,
Ia sepenuhnya melebur dalam kebuasan
Sang penerus berdiri dan memukul balik musuh
Ia menuai kemenangan, tengkuk musuh terinjak
Ia hempaskan keras sang pengkhianat tanpa mampu melawan,
Dalam kemarahannya yang mereda, penerus muda menyadari keberadaan sesuatu dalam dirinya,
Amarah besar yang menyendiri, diam,
tersembunyi dan tidak keluar setiap saat,
Namun,
Namun,
Sekali meluap, malapetaka besar ditimbulkan
Pada hari dewasanya, penerus muda membangkitkan
banyak keturunan
Pada keturunan-keturunannya, benih buas tetap hadir dalam bilik diri
Pada setiap celah kekosongan jiwa generasi demi generasi,
Pada setiap celah kekosongan jiwa generasi demi generasi,
Bisa setiap saat keluar, bisa setiap saat juga
bersembunyi
Semua bergantung pada mercusuar jiwa, dinyalakan atau tidak
Semua bergantung pada mercusuar jiwa, dinyalakan atau tidak
Buas tetaplah buas,
Dalam sendiri dan diamnya,
Ia tidak takut kesepian,
Tidak juga ia risaukan akan kehadiran kawan,
Buas tetaplah buas
Jangan lupakan kisah tua ini
Meski waktu terus menipu dalam dayanya,
Buas tetaplah buas,
Jangan lupakan kisah yang seolah terlupakan,
Buas tetaplah buas,
Ia tak pernah lupa
Buas tetaplah buas,
Jangan lupakan kisah yang seolah terlupakan,
Buas tetaplah buas,
Ia tak pernah lupa
*Dibagikan kepada yang mengabaikannya, ia tidak diam
Jangan hadirkan bengis dalam percakapan,
Kebuasan bangkit dan membangun tahtanya
Ia tidak takut sendiri, tidak gentar akan apapun, namun, tidak juga risau oleh hadir seorang kawan,
Ketenangan dan damai dapat memikatnya; dalam pengabdian semoga ia temukan,
Semoga muara tempat pengabdian tidak berbuah pengkhianatan juga penghinaan, semoga
Teruntuk yang terdalam,
Serigala penyendiri, penyimpan buas dalam gua antara bilik hati,
Dalam mabuk anggur keegoisan.
Diam sudah menjadi kawan, tak perlu risaukan, cukup berikan kepercayaan
Ia akan mengabdi dan menjadikannya tuan
semoga, semoga tidak terdapat keraguan.
Diam sudah menjadi kawan, tak perlu risaukan, cukup berikan kepercayaan
Ia akan mengabdi dan menjadikannya tuan
semoga, semoga tidak terdapat keraguan.
Selasa, 25 Juli 2017
Doa
Kusuratkan doa mengisi malam,
Kepada Tuan dari segala sesuatu
Ditujukan bagimu; yang kudoakan, untuk ditemani hingga akhir,
Sederhana pintaku, saat Tuan bertanya mengapa kamu,
“Ijinku, menjadikannya teman sepanjang perjalanan”
Pinta garis emas kian hari termakan masa.
Dimeteraikan dengan Nama Agung,
Kiranya percintaan dikawal hingga akhir,
Kepada Penguasa Asmara, diimpikan bagi pemilik hati
Kasih menguasai segalanya.
"Regaq22"
Jumat, 14 Juli 2017
Tidurlah
Tertidurlah yang diujung
sana
Walau pening menjadi
kawan malam ini,
Terlelaplah yang sedang
meradang gulana
Meski cerita sebatas
penyampaian lewat udara,
Tangkupkan saja tangan
di dadanya,
Semuanya akan baik-baik
saja,
Lupakan aku, sejenak
saja
Biarkan bintang yang
menjadi teman untuk bercanda,
Bulan sedang angkuh
untuk bercengkrama—biarkan saja dulu ia begitu, karena diserang cemburu.
Tertidurlah yang
diujung sana,
Salam kasihku,
Teruntuk penjarah hati
Ungkapan Kebodohan
Janganlah dendam dengan kebodohan yang sempat kujubahkan pada akal sehat,
Jangan memandang sinis
atau nista yang senantiasa ditumpahkan
Apalah arti sebuah
mimpi
Apalah daya sebuah
ambisi
Untuk kesekian kali,
aku terus merasa dungu
Untuk keberkian kali,
aku kembali merasa sesat
Terima kasih untuk
sekumpulan sajak acak yang tersebar, berhamburan, tumpah ruah memenuhi ruang
pikiran
Akal sempit memang
menjadi kalut yang sulit untuk diterjang
Jika mimpi bagai berkas
cahaya
Malam ini udara dingin
menjadi saksi
Mimpi itu cukup kuat
untuk menyingkap kabut kegegabahan.
Saat
menemukan kepingan puzzle akan keutuhan cerita dalam balut ambisi dan riuk
hidup, aku menyadari banyak hal, walaupun tidak aku pungkiri bahwa dugaku masih
pada terkaan yang sangatlah buta, tetap keras kepala menguasaiku.
Kisah luar biasa yang
aku bersyukur diijinkan menjadi penikmat sekaligus pelakon yang diperbolehkan
mengkritis, walau tidak sesuai alur.
Cerita ini tidak bisa
aku kisahkan sepenuhnya, tapi bagian ingatan ini aku sisipkan dalam tulisan
sebagai bentuk apresiasi atas ketakjubanku bagi alur hidup yang menarik.
Sekali lagi, aku
menyadari kebodohanku dalam menyusun sajak dan kepingan acak akan keutuhan
kisah hidup, kembali aku belajar bahwa keindahan hidup terletak pada
kerumitannya yang sukar dipahami dengan penuh, dan hanya menyajikan pecahan
gambar untuk dikumpulkan menjadi makna penuh.
Langganan:
Postingan (Atom)