Menjalani hidup berarti berjalan dengan segala kisah yang hadir menyajikan situasi-situasi kepada kita sebagai pelakon utama dalam versi masing-masing. Dalam perjalanan yang membutuhkan banyak tindakan untuk terus bergerak maju menekuni rentetan waktu juga peristiwa, akhirnya menghasilkan kisah yang bisa kita ceritakan suatu waktu atau dipendam hingga akhir hayat.
Kisah-kisah tersebut tidak dapat terulang juga tidak bisa dibatalkan keadaannya, seringkali dalam kisah sehebat apapun yang dipandang baik, selalu hadir penyesalan yang bersarang, menggelitik pada sudut-sudut tertentu menampilkan gambaran "seharusnya aku bisa lebih baik". Tapi apakah memelihara penyesalan akan membuat hidup lebih baik?
Selalu ada penyesalan dalam tindakan yang pada masa tertentu, juga pasti, kita sudah dipertimbangkan dengan baik apa yang harus diperbuat oleh diri dalam menghadapi persoalan atau menyikapi kondisi yang ada. Penyesalan seharusnya tidak lagi diberikan ruang lebih dalam mengisi pikiran dan hati untuk menjalani hidup.
Yang sudah kita lakukan, sudah terjadi.
Yang terjadi, tidak dapat dirubah.
Yang tidak dapat dirubah, buat apa dijadikan pijakan dalam berjalan ke depan?
Berdamai saja dengan rasa sesal dan kecewa itu, sebab apa yang lalu tidak bisa kita sentuh kembali, apalagi kita rubah, tetapi jalan ke depan bisa kita tentukan melalui tindakan yang kita buat sekarang, demi menghindari menumpuknya rasa penyesalan apabila saat ini kita bertindak untuk melahirkan rasa sesal tambahan di masa depan.
Apakah saya sudah menerima penyesalan?
Saya selalu berusaha untuk menerima perasaan menyesal, tetapi tidak melupakannya demi menjadi pembelajaran untuk tidak membuat penyesalan baru di hari mendatang.