Tak ada
kesunyian yang lebih pilu, jika disandingkan dengan bungkamku saat
dipengaruhi inginmu.
Blackberryku berbunyi. Segera kuperiksa, terdapat pesan
melalui BBM olehnya.
Dios : Lagi sibuk?
Dios : Bisa ke pelabuhan ga?
Dios : Ping!
Dios : Ping!
Nadia : Iye, bawel ah.
Nadia : Kenapa lagi?
Dios : Nanti dikasih tau, ini mau cerita.
Tak ada sunyi yang lebih pilu dari
ini. Tak ada perintah yang lebih dibenci selain ini. Tiap kali kau jatuh hati,
kisah itu diutarakan padaku. Tiap masa duka kau dikhianati cinta, berita itu
juga yang aku terima.
“Kamu
yang pertama tahu tentang ini,” Mulainya saat kutelah tiba di pelabuhan, tempat
kami biasa duduk menikmati udara malam atau sekedar bertemu teman-teman
sekitaran kota ini. Dios melengos, seolah melepaskan sekaligus mencoba
merelakan hal terbesar dalam hidupnya. “Kami udah putus, Nad”.
Aku
sangat tahu tentang ini, dia menyebutkan akhir rajut asmaranya dengan Dela,
yang baru sebulan ini menjalin hubungan dengannya. Sejak awal ketertarikannya
pada Dela pun, aku tahu. Cuma aku yang bisa diajak bicara dan pendengar yang
baik, selalu begitulah ungkapnya. Tak heran, mungkin hampir semua hal tentang
Dios sangat aku kenal. Kepribadiannya, kelemahannya dan.. kehidupan asmaranya.
Malam itu ia mengisahkan tentang
perpisahannya dengan Dela siang tadi. Aku terdiam dan mendengarkan semua
ocehannya, seperti biasa. Seperti kisah ia sebelumnya yang kandas hubungan
dengan Tita, Mona, Tika, Devi, Dina, Ruth, Dilla, Melisa, Meli, Lisa, Erma, dan
Jeni.. juga.. ada beberapa nama yang aku sudah lupa siapa saja.
Selesai
mencurahkan kisahnya ia menoleh kepadaku seperti pada saat-saat patah hatinya
yang biasa.
“Makasih
ya udah datang, maaf ngerepotin terus, Nad.” Ia tersenyum tipis padaku. Kubalas
dengan anggukan kecil, “Yuk ah, pulang.. Udah jam segini” Ajakku padanya agar
tak berlama-lama diterpa angin malam ini, suasana yang cukup menggetarkan badan
karena angin malam yang terus menerus menerpa dan mengusik dengan hawa
sendunya.
Tak ada sendu yang lebih dalam dari
ini, selain menjadi kawanmu pada patah hati, kemudian kita dipertontonkan malam
pada dunia, diusik angin sepi yang mencibir dan.. yang mengatur cinta cekikikan
melihat momentum lumrah baginya. Tepat seperti ini. Jika boleh kumiliki
kekuatan mengalahkan dewa, yang pertama akan kuhajar adalah Cupid, sebab ia sangat merajalela,
sesukanya saja menabur benih cinta tanpa mau memudahkannya. Yah, apalah .. itu
hanya sebuah mitologi.
Pertengahan malam ini aku habiskan
sebentar untuk sekedar menulis pada blog
pribadiku, sebuah tempat yang sudah lama aku kelola untuk mencurahkan kesah
juga ide-ide kecilku. Selesai menyampaikan puisiku malam ini, aku menutup
laptop dan pergi tidur. Kuharap tak hujan dan harapku esok hari yang cerah,
cukup cerah untuk menyegarkan jiwa yang disekap sendu.
*
Semalam
mimpiku menari bersama bintang,
Semalam
aku berangan menjelajahi angkasa.
Bercengkrama
dengan angin-angin bahagia yang selalu tertawa di atas samudera dan daratan
raya.
Inginku
bersama alam menyuarakan catatan-catatan peradaban.
Ah,
semalam.. begitu tak karuan aku menaruh angan,
Nyatanya
semalam aku hanya berada pada sebuah sampan.
Sampan
angan. Sampan impian.
Diterlantar.
Terombang ambing dalam topan perasaan.
Perasaan
yang terpendam.
Semalam
aku bermimpi,
Bersama
bintang. Semoga bintang bisa hilangkan duka, tentang rasa lama yang selalu
tersimpan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar