Rabu, 03 Mei 2017

Maafkan



Masih ingat dengan perjumpaan awal?

Saat meja merah tua digerogoti usia bertengger dan kursi lapuk abu-abu bercampur bercak-bercak hitam menjadi tumpuan.

Adakah tersimpan cuplikan dalam benak dan ingatmu,

Masa jumpa kedua saat lepas dan berlari dari pekat asap menuju sejuk alam?

Aku bertanya, kamu ingat masa pertama bercengkrama, di bawah penerangan remang cahaya oranye?

Mungkin aku terlalu banyak mengingat, tapi hadirkah dalam cuplikan hidupmu, masa dimana bahuku menjadi tempat sandaran, saat matamu menjadi lautan luas yang ingin kuarungi rahasianya.


Maaf, aku bimbang di tengah perjalan,
Maafkan kalut menyerang, disertai demam—merasuk hingga ke tulang, radang.. aku hanya meradang

Maafkan siang tidak menjadi kawan,

Ampuni malam jika tidak menyempatkan setidaknya sebatas bayang,

Biarkan pagi melepas kabut, kala embun turun, biarkan sejuknya menyegarkan,

Maafkan,


Maafkan aku menjadi bimbang,


Tidak kutemukan kawan,
Saat aku berlabuh dalam peraduan,
Lautan tidak bernaung dalam tatapan,

Maafkan mata tidak lagi menikmati angkasa—tidak kujumpai penyegar asa,

Karena cinta bukanlah lagi sang penguasa,

Maafkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

o
n
o
t
r
a
H
y
k
g
n
e
H