Hembusan angin menyapaku dipagi ini. Lelah tubuh telah terganti oleh kekuatan baru yang diperoleh dari istirahat semalam. Terik sinar hangat mentari pagi mulai terasa disekitar halaman depan rumah ini. disinilah aku berada, didepan sebuah rumah sederhana namun penuh kehangatan, dihiasi banyak tumbuhan bunga pada taman depan.
Disebuah kursi kayu aku berada. Sesekali kuperhatikan sekitar, melirik beberapa tumbuhan yang ada didekatku, alangkah indahnya melihat tumbuhan-tumbuhan ini dipagi hari, serasa dikelilingi oleh alam nyata, walaupun hanya sebuah taman kecil.
perhatianku tertuju pada suatu bunga mawar yang telah memunculkan keindahannya, seingatku sehari sebelumnya hanya berbentuk kuncup kecil, namun sekarang telah muncul sebagai mawar indah dengan pesonanya.
Tidak sama dengan bunga mawar ditaman ini yang segar dipagi hari, mawar dihatiku malah mulai layu bahkan akan mati.
Tiga hari sebelumnya aku baru tiba ditempat ini.
Kepulanganku dari luar negeri untuk menempuh pendidikan telah membawaku kembali ketempat ini, dimana aku dilahirkan. Iya, kampung halamanku, tempatku bertumbuh menjadi seorang remaja pada masa itu.
Seperti remaja pada umumnya, aku juga memiliki kisah cinta seperti yang banyak remaja alami, namun mungkin juga tidak. Kisahku akan sedikit berbeda.
Pada awal masuk SMA dikelas satu, aku bertemu dengan seorang gadis cantik.
'Leoni' ucapnya padaku sambil menyalamiku.. 'Semoga lebih akrab ya kita..' lanjutnya lagi setelah melepaskan tangannya dari salaman dan muai menyapa murid-murid baru lainnya dikelas.. 'I... iya..' jawabku terbata saat itu, terlalu gugup saat disalamin oleh cewek cantik.
Seiring berjalannya waktu, semua murid-murid baru dikelasku mulai akrab dan menjadi semakin akrab, awalnya masih canggung, sekarang sudah bisa saling ejek, bercanda ria.. beda dengan anak lain yang suka berbaur dan memiliki banyak teman dikelas, yang akrab denganku hanyalah Leoni, orang pertama yang mengenalkan dirinya padaku dikelas ini.
kian hari hubungan kami makin erat, semakin dekat kami berdua, semakin jelas dan mantap pula perasaanku. Ya, aku mencintainya, sungguh menyayanginya..
sempat beberapa kali coba kuungkapkan rasa sayangku padanya, namun selalu saja tak bisa..
'Onyi..' nama panggilan akrab yang aku berikan padanya, karena memanggilnya Leoni terlalu panjang dan ribet diucapkan berulang kali.. 'kenapa?' tatapnya padaku menghentikan kegiatan tangannya yang sedang menyalin esai dari buku LKS ke sebuah lembaran.
Kusandarkan tubuhku ketembok, menghadap kearahnya, kebetulan ia duduk persis dibelakang kiri tempat aku duduk. suasana kelas sedang sepi dan entah mengapa hanya kami berdua saat itu, mungkin karena jam istirahat, jadi yang lain sedang pergi kekantin. kupikir saat itu adalah waktu yang tepat untuk memberitahukannya perasaanku..
'Onyi' panggilku sekali lagi, setelah melihat Leoni kembali menyalin esainya..
'ada apa sih? ngomong aja..' balasnya tanpa melihat kearahku dan sibuk dengan esainya..
'Liat sini dulu dong kalau aku lagi ngomong'
'yaudah ngomong aja, ini lagi sibuk nulis jawaban esai sejarah, kan abis istirahat ini akan dikumpulin'..
'yaudah deh ga jadi'
'kenapa sih?' balasnya meliriku singkat dan kembali dengan tulisannya..
entah kenapa begitu berat dan sulit bagiku mengungkapkan apa yang kurasa padanya, lidahku seolah berat dan sulit berbicara.. dalam hati selalu ingin berteriak 'aku sayang kamu Leoni'. namun lidah terus membeku saat kucoba mengutarakan rasaku padanya.
pernah sih kepikiran juga nulis surat dan ku kirimkan kerumahnya, namun sialnya saat surat tersebut kutaruh dibawah pintu rumahnya, yang menemukan surat itu adalah pembantunya dan malah dibuang karena dikira sampah. mungkin aku kurang ahli juga dalam membuat surat cinta, sehingga sulit membedakannya dengan sampah.
Sampai berakhirnya masa SMA, masih belum juga ku utarakan rasaku padanya.
kuingat saat perpisahan kami, Leoni mengantarkanku kebandara saat aku harus keluar negeri untuk kuliah.. hanya tepukan kecil pada pundak kananku dan senyuman.. 'sukses yaa kuliahnya.. semangat terus' ungkapnya yang membuatku terus semangat dalam kuliah saat tengah letih dan tak sabar untuk lulus dan kembali lagi, berharap bisa bertemu dengan Leoni lagi..
Saat hari pertama aku sampai ditempat ini.
aku sedang berjalan-jalan menikmati segarnya udara dan pemandangan indah desa ini, dengan pepohonannya yang rindang, sangat pas untuk jalan santai, ditambah dengan pesona lembah pembatas desa ini dengan desa seberang, benar-benar pesona yang indah.
langkahku terhenti, melihat seorang wanita yang sepertinya tak asing bagiku sedang mengendarai sepeda dan membawa beberapa ranting kayu kecil bersamanya..
'Leoni?' sapaku saat ia mulai dekat
'Geral?' balasnya dengan sedikit senyum dan tatapan seolah tak yakin
'apa kabar?? baru datang?' lanjutnya lagi
'Iya, tadi malam baru sampai.. aku kabar baik' jawabku dengan senyuman
'kamu sendiri apa kabar?' lanjutku lagi..
'aku baik juga kok... kamu ngapain disini? mau kemana?'
'Ohhh... nggak kok, cuman jalan-jalan aja nikmatin udaranya aja, segar..' jawabku..
'Oh, yaudah.. aku lagi buru-buru nih' katanya setelah diam sejenak menatapku..
'Eh, iya okelah.. datang-datanglah main kerumah' ucapku saat ia mulai beranjak pergi..
'Oke'.
Sudah tiga hari aku menghabiskan waktu ditempat ini, sebelum akhirnya harus pergi kekota untuk bekerja. ada sebuah pekerjaan yang harus kulakukan.
Hubunganku dengan Leoni kembali seperti dulu, tetap dekat dan banyak mengobrol, bercanda tawa. sungguh bahagia ku rasa.
pada malam harinya, kuundang ia datang kerumahku untuk makan malam. Leoni datang memenuhi undanganku.. 'apaan sih, disuruh datang untuk makan?' katanya saat tiba dirumahku.. 'sebagai perayaan kita bertemu lagi' balasku dengan senyum..
kupersilahkan ia duduk dan kami mulai makan, banyak hal kami bicarakan dan tertawa bersama. begitu hangat suasana ini. kini tibanya kupikir saat yang tepat kuungkapkan kembali apa yang dulu kurasa, rasa itu tetap ada dan ku tak mau kali ini aku tidak mengungkapkannya..
'Onyi' panggilku.. 'Iya?' balasnya sambil memperhatikanku dan mulai menunjukan wajah serius karena melihat warna wajahku yang menunjukan keseriusan..
'aku gak akan ngomong banyak,dulu sangat sulit ku ungkapkan sama kamu' kataku.. 'ungkapkan apa?' tanyanya dengan wajah sedikit bingung.. 'aku mau kamu tau, aku sayang kamu, will you be mine?' ungkapku disertai jantungku yang berdebar-debar sedikit gugup bercampur rasa lega karena sudah kusampaikan..
'hah??' raut wajahnya berubah.. ia terlihat gelisah, wajahnya mulai memerah namun terlihat mencoba untuk tenang.. setetes air bening keluar dari mata indahnya... dengan menekan nafasnya ia coba berkata-kata.. 'Eral ......' .. 'Aku juga sayang sama kamu, tapi..' ungkapnya dengan terbata-bata disertai juga dengan detak jantungku yang tak menentu, apa yang akan dia katakan nanti..
'Aku sudah bersama yang lain' ucapnya dengan cepat, suaranya lebih tegas sambil mengelap air matanya, ia menatapku.. 'kamu terlambat, kenapa gak dari dulu bilang gitu?, sekarang aku sudah sama yang lain'.
'Ohh, yasudah.. gak apa-apa' balasku dengan sedikit senyum.. 'yang penting aku sudah nyatakan.... setidaknya sudah tersampaikan..' lanjutku dengan perasaan yang berat..
Suasana hangat yang sebelumnya kurasakan diruangan makan ini berubah drastis menjadi dingin dan kelabu. malam berlalu begitu lambat. Leoni pamit dari tempatku, kuantarkan ia sampai pagar depan dengan ekspresi hambar.
Ia menceritakan tentang bagaimana hubungannya sekarang, juga memberitaukan bahwa dulu ia mencintaiku namun kelihatannya aku tidak merespon, makanya ia memilih untuk memberikan cintanya pada yang lain.
Ia sebentar lagi akan menikah dengan seorang pria kampung sebelah.
Hanya ucapan turut bahagia dengan perasaan hambar yang bisa kusampaikan padanya malam itu.
Bodohnya aku, andai saja aku punya cukup keberanian pada masa itu, saat ia membuka hatinya bagiku.andai saja aku bisa fasih mengungkapkan rasaku, seharusnya ia jadi milikku, bukan dengan yang lain.
Hal yang telah berlalu biarlah, disinilah aku ditemani kursi kayu tua ini, dikelilingi tumbuhan bunga mawar yang tengah mulai mekar, sementara mawar dihatikupun mulai layu.
harusnya dulu kuungkapkan ........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar