Khayal
Angan memang memabukan
Tidak tahu kapan akan berhenti
Yang dinanti buat diri berseri,
Saat kuteguk tumpah ruah mimpi indah.
Ah, kawan.. terlalu siang untuk menggambar angan,
Bukankah harusnya kita pergi ke tengah ladang?
-Puisi Pagi Sebelum Jadi Kuli
Sayap Muda
Seberang hiruk ramai raksasa besi berjalan,
Dekat jalur lalang yang tegap berjalan berlalu,
Di tepi poros hitam pembelah daratan,
Masih bungkuk dan kemerahan,
Dirias debu, beraromakan getah kayu muda,
Direkatkan dengan sepuluh ratus paku.
Disini mimpi bermula,
Dimari ambisi sengaja disarangkan.
Find
everything you need here:
Tempat singgah lepas penatmu.
Muutville 22, disini
mimpi muda bertunas.
-Sebuah Harapan Tentang Yang
Sudah di Depan
Jalan
Terlalu dini untuk kembali,
Maaflah,
Jalan ini panjang,
Aku tenggelam dalam rimba bermandikan peluh,
Aku melepuh di tengah hari demi segenggam mimpi.
Aku tergores, dilukai ilalang hutan disini.
Dimari, aku berdiri.
Dalam ambisi dengan banyak sayat pada lengan dan
kaki.
Akankah sama rupaku seperti dulu?
Tentu tidak.
-Penjelajah Rimba: Yang Mimpi
Sambil Berlari
Hutan
Ia kawan yang terluka, namun tidak meringis
Ia sahabat yang dikhianati, namun masih belum membenci
Alam,
Representasi nyata dari Pencipta sejati.
Terluka dan didera, ia terus obati diri.
Tunas pertanda awal baru,
Tak selamanya berdebu.
Tidak selalu batu membikin jalan buntu.
Kawanku alam,
Berjuang mengobati diri,
Menyiapkan tempat
yang buat berseri-seri,
Jadi berpikir aku:
“Apakah Yang-Dinanti segera kembali?”
-Bingkiskan Untuk Hutan yang di
Depan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar