Senin, 06 Maret 2017

Rintik Malam



Engkaulah dingin udara yang kusesap lenyap, kala sapa hujan pada malam yang malang,
Jiwamu adalah rintik musik kumandang alam—saatku sesat oleh hiruk pikuk hidup,

Nafasmu pengarah saat kalut merasuk kalbu—Engkaulah jawaban atas pencarian yang tak kunjung aku jumpa artinya,

Engkaulah kiasan keindahan yang sejenak dinikmati—seketika lenyap oleh sapuan deras air,

Temukan aku dalam merana—jumpailah kiranya remukku, pada sisi lain tempat pijakmu,

Nyanyikan kembali bagiku nada kehidupan—karena hancur jiwaku,
Sembuhkan aku yang meracuni diri dengan kesia-siaan,

Sudilah kiranya menjangkauku—merengkuh, dalam keberadaan yang tak tentu—temukan aku,

Engkau,

senandung lesat—lepas; hanyut, pada liuk lalu angin,


Engkaulah, sesap hidup yang senantiasa kurindukan—tidak juga kutemukan,

keberadaanku sirna oleh hadirmu;

Andai malam dapat memberi jawab,
Andai datangmu adalah pelengkap.

(Sebuah catatan malam rintik, pada warkop tepi jalan—dimana nyamuk dan percikan air menjadi kawan)
o
n
o
t
r
a
H
y
k
g
n
e
H