PROLOG
Hamparan
daratan. Pepohonan berbaris, beragam jenis memenuhi negeri ini. Manusia dan ras
lain berkumpul menjalani hidup. Beberapa abad yang lalu, jauh sebelum masa ini
terbentuk, tepatnya 500 tahun yang lalu, delapan makluk bukan manusia hadir di
negeri ini. Sempat diramalkan pada masa itu, bahwa setelah kemunculan delapan
makluk ini, kiamat, kehancuran dunia akan terjadi. Namun, dunia tua ini masih
terus bertahan; hembusan angin panas membakar di siang hari; tusukan dingin
malam, usil menggelitik setiap makluk yang berhamparan di kaki gunung; gua dan
kota, suatu bukti bahwa nafasnya masih berlanjut. Dunia ini terus bertahan.
Hutan, pepohonan hijau, dan binatang merayap adalah jantungnya. Hujan adalah
tangis serta keringatnya untuk menghidupi makhluk-makhluk yang hidup.
Jika
dunia tua ini masih terus bertahan, begitu juga dengan makhluk hidup di
dalamnya. Nafasnya masih terus berhembus, selama angin terus menyebar di
negeri-negeri. Selama hutan masih menyimpan banyak rahasia, selagi hujan terus membasahi
tiap peristiwa yang terjadi, rintiknya adalah tanda untuk setiap tragedi.
Ketamakan
mulai merasuk tiap makhluk di dunia ini. Mengetahui bahwa dunia ini akan terus
bertahan dalam kekuatannya yang besar, membuat beberapa makhluk berambisi gila;
mereka ingin mewarisi dan memiliki kekuatan yang dunia miliki. Dalam kerasnya
terpaan angin, beberapa bangkit mencoba menghalau dan merebut keperkasaannya.
Dalam rimbunnya hutan yang penuh rahasia alam, beberapa makhluk maju untuk
menaklukannya. Dalam derasnya deru ombak dan rintik hujan, beberapa mencoba
untuk mengendalikannya untuk menguasai makhluk yang lain. Perseteruan terus berlanjut.
Peperangan terus terjadi di dunia ini.
Tepat
500 tahun yang lalu, saat perang besar berangsung, delapan makluk baru muncul,
tak diketahui dari mana asal delapan orang tersebut, mereka menaklukan,
mengendalikan beberapa tempat, dalam serangannya yang menyelinap, menyatu dalam
bayangan, tak banyak yang mengetahui rahasia ini, tak banyak yang bertahan
untuk menyampaikan kisah ini.
Suatu
kebenaran yang tidak diketahui, suatu ikatan yang tidak diperhatikan, juga satu
ras makhluk yang tidak dikenali.
Saat
banyak makhluk berperang untuk merampas kekuatan sang dunia dan menaklukannya dalam diri
mereka. Saat perseteruan terus terjadi. Sang dunia berkehendak lain, ia
memiliki rencananya sendiri, ia memilih suatu kaum untuk mewarisi kekuatannya
yang sejati; unsur alam. Tak dapat dirampas dan tak dapat digunakan oleh
makhluk yang bukan ahli waris.
**
".. Pada awalnya adalah harapan. Sebuah cahaya kecil untuk menciptakan dunia yang damai dan penuh dengan kesejahteraan. Puluhan generasi terus mewarisi harapan ini, memeliharanya bagaikan api kecil yang terus dijaga agar tak padam; kehangatan dan silauan cahayanya. Namun, jika sebuah harapan bagaikan kobaran api kecil, jika disalah gunakan, dapat membakar suatu kehidupan.
Selama beberapa abad, nyala api harapan tetap berkobar lembut dan damai. Hingga akhirnya, suatu generasi baru lahir, perlahan.. ambisi mulai merasuki nyala tersebut dan keserakahan mulai meracuninya, melahirkan ego dan hasrat untuk menguasai makhluk lain.
Nyala api harapan berubah menjadi ambisi hitam. Api yang dapat menghanguskan banyak kehidupan.
Perang berlangsung selama beberapa abad di Naraaiman, dunia di mana sembilan ras makhluk bernaung.
Kebusukan dengki dan jerit kepedihan mengisi udara, menggerogoti tanah dan samudera; membuatnya menjadi tempat kutukan.
Udara dan kehidupan sudah berbeda, tiap makhluk dapat merasakannya, ada suatu kekuatan jahat baru yang berkuasa.
Hujan menangis untuk menghapusnya, namun ia tak sirna. Gempa hadir untuk menggoncangnya, namun ia tenang bergeming di tahtanya. Hutan dan alam mengaum tapi tak menggetarkannya. Ia mulai bergerak, tangan penghancur dan mata buasnya terus mengincar segala kehidupan.
Tak ada lagi didapati negeri yang indah itu. Tidak terdengar lagi nyanyian merdu sang alam. Tidak terdapat lagi damai di antara yang hidup.Awal kehancuran sudah dimulai.."
Sebelum
mengenang kisah 500 tahun yang lalu, ada banyak hal yang harus dahulu
diselesaikan ..
***